Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Agus Suprijanto menyatakan rencana redenominasi kali ini telah dikaji sangat matang dengan memerhatikan kesuksesan dari negara lain yang telah menerapkan kebijakan tersebut.
"Tahun 1965, pemerintah memandang kurang begitu berhasil, pemerintah belajar dari pengalaman yang berhasil melakukan redenominasi dan berhasil seperti Turki, Rumania, Polandia, dan Ukraina," ujar Agus di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Jumat (7/12/2012).
Menurut Agus, Turki melakukan redenominasi sebagai prasyarat masuknya negara tersebut ke dalam Uni Eropa. Negara ini dianggap berhasil melakukan redenominasi karena melakukan sosialisasi yang cukup panjang.
"Yang penting itu sosialisasi dan edukasi, itu yang mereka lakukan, sekitar 4-5 tahun, tidak bisa cepat-cepat," jelasnya.
Selain itu, lanjut Agus, pihaknya juga belajar dari negara-negara yang gagal menjalankan redenominasi. Hal ini untuk antisipasi agar tidak mengalami nasib yang sama dengan negara tersebut.
"Tapi tidak hanya itu, pemerintah belajar dari negara-negara yang gagal supaya antisipasi. Negara yang gagal itu seperti Rusia, Argentina, Brazil, Zimbabwe," sebutnya.
Menurut Agus, masalah negara-negara yang gagal tersebut akibat kesalahan momentum. Negara-negara itu menerapkan redenominasi ketika sedang hiper inflasi.
"Nah, makanya sejak tahun 2005 kita melihat ekonomi kita stabil, inflasi juga rendah, makanya direncanakan lagi untuk melakukan redenominasi ini," pungkasnya.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar