Knowledge to Improve Your Live

Halaman

Sabtu, 17 November 2012

Israel-Palestina




Masyarakat dunia belum tahu kapan bakal berakhir konflik antara Palestina (Arab) dan Isael, sebab kedua pihak masih baku tembak. Tatkala Perang Enam Hari berakhir 10 Juni 1967, Israel sebagai pemenang menguasai wilayah yang luasnya empat kali luas wilayahnya.
Pamor dan posisinya melonjak, sementara negara-negara Arab harus menanggung akibat sebagai pihak yang kalah. Sudah kehilangan wilayah, mereka pun harus menanggung malu serta terkuras kekuatan militer maupun ekonominya. Dengan posisi tawarnya yang kini jauh lebih kuat, Israel beranggapan dan bahkan yakin, bahwa akhirnya Tel Aviv akan memperoleh kedamaian.
Bertolak dari kemenangan dan kekuatan itu, Tel Aviv percaya akan mampu menekan negara-negara Arab dalam perundingan perdamaian. Israel pun sudah bermimpi bahwa kekerasan dan perang yang selalu mewarnai sejarahnya, segera akan berakhir. Kenyataan ternyata berbicara lain.
Indonesia mendukung perjuangan Palestina dan sedikitnya 28 aktivis Indonesia saat ini giat membangun Rumah Sakit Indonesia di Kota Gaza, Palestina. Mereka tetap bertahan di tengah gencarnya gempuran Israel di wilayah bergolak itu. Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Kota Gaza saat ini sudah memasuki tahap ke dua, dan sebagian besar sudah rampung dan sedang memasang tembok.
Pada Rabu (14/11) petang, sebuah bom mengenai sasaran dekat Rumah Sakit Indonesia yang berjarak hanya 100 meter, menelan korban jiwa dua orang dan sejumlah orang terluka.
"Kami belum bisa ke mana-mana, masih tetap bertahan dan mengamankan diri di dalam rumah saja," kata Ketua Tim Aktivis dari Mer-C Indonesia, Abdillah Onim dari Kairo, Mesir, kemarin. Mesir juga telah membuka pintu perbatasan di Rafah untuk memudahkan pasokan bantuan kemanusiaan dan memberi fasilitas bagi korban luka untuk berobat di Mesir
Angkatan Udara Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Jalur Gaza. Militer Israel menyebutkan, hal ini sebagai respons atas serangan-serangan roket Palestina ke wilayah Israel selatan.
Serangan-serangan udara tersebut menargetkan sebuah terowongan dan sebuah gudang senjata di bagian utara Jalur Gaza, serta sebuah lokasi peluncuran roket di wilayah tersebut. Situasi di perbatasan Gaza kembali memanas sejak Sabtu (10/11) malam waktu setempat, ketika militan-militan Gaza menembakkan rudal anti-tank ke sebuah kendaraan jeep Israel di perbatasan Gaza. Akibatnya, empat tentara Israel luka-luka. Militer Israel pun membalas dengan melancarkan serangan-serangan udara dan tembakan artileri yang menewaskan 6 warga Palestina dan melukai 35 orang lainnya.
Para aktivis dari Mer-C Indonesia itu masih bernaung di Rumah Sakit Indonesia. Serangan bom Israel terjadi di mana-mana di Jalur Gaza, jadi tidak memungkikan para aktivis Indonesia di Gaza untuk melakukan evakuasi.
Akibat keamanan tidak kondusif, kegiatan pembangunan Rumah Sakit Indonesia sementara dihentikan, menunggu hingga berakhirnya serangan bom. Bagaimanapun, perjuangan para aktivis RI bagi kemerdekaan Palestina, bakal terrcatat dalam sejarah dan mungkin memberi makna serta hikmah bagi Israel dan Palestina untuk berdamai.
Israel bisa saja menyepelekan kehadiran tim kemanusiaan Jakarta di Gaza, dan memang tak ada jaminan brutalitas Israel bakal dihentikan. Maka, yang harus ditekankan, bisakah dunia internasional membawa kembali Israel dan Palestina ke meja perundingan dan menghentikan pertumpahan darah?
Perdamaian seyogianya ditegakkan oleh PBB dan masyarakat internasional yang peduli. Perang adalah bukti kebiadaban dan hancurnya peradaban. Korban kedua pihak, cukup sudah. Maka, jangan lagi ada darah tumpah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar